PD Pontren Diminta Fasilitasi Pesantren Songsong Era Industri 4.0

By Abdi Satria


nusakini.com-Makassar-Pesantren harus membuka diri dengan realitas kemajuan teknologi sehingga siap songsong era industri 4.0. Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kanwil Kemenag juga harus ikut mempersiapkan dan memfasilitasi. 

Pesan ini disampaikan Direktur Jendral Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama Kamaruddin Amin saat membuka Rapat Kerja Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD. Pontren) Kanwil Kemenag Prov. Sulsel di Makassar. 

Menurutnya, jika pondok pesantren tidak melibatkan diri di kontestasi zaman ini, maka peluang yang ada akan diambil alih kalangan lain. Padahal, era millenium saat ini, di samping butuh SDM professional juga pondasi moral yang kuat. Pesantren, selain melahirkan generasi bermoral juga harus berkompeten.  

"Dan santri pondok pesantrenlah yang pas memerankan lakon zaman tersebut," terang Kamaruddin Amin, Kamis (11/04). 

Kegiatan ini dihadiri 80 peserta, terdiri dari para Kepala Seksi Kanwil Kemenag dan Kantor Kemenag Kabupaten/Kota se Sulsel. Hadir juga puluhan pimpinan pondok pesantren dan diniyah takmiliyah se-Sulsel, dan sejumlah pelaksana pada Bidang dan Seksi PD. Pontren se Sulsel. Kegiatan ini akan berlangsung tiga hari, 11 – 13 April 2019. 

Dijelaskan Kamaruddin Amin, manusia saat ini hidup di dua dunia, yakni: dunia virtual atau digital dan dunia riil atau realitas. Pola interaksinya juga sangat massif dan dinamis sehingga rentan dengan dampak negatif, meski banyak juga dampak positifnya.  

"Ruang publik alam virtual harus dikuasai generasi dengan basis pendidikan agama dan moralitas sehingga kontestasi dialektikanya bisa dimenangkan dan outputnya akan memberi pengaruh positif di tengah umat dan masyarakat," ujarnya.  

Menurut Dirjen Pendis yang juga salah satu alumni terbaik Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang Kab. Wajo ini, salah satu penyebab tumbangnya negara-negara di Jazirah Arab (“Arab Spring”), salah satunya karena ulama dan cendekiawan mereka terlalu larut mengabiskan waktunya berkutat di kampus dan meja akademik saja. Sementara area publik kosong dan diisi kelompok yang memiliki kepentingan negatif yang tidak segan-segan menggunakan bungkus agama sebagai alat propagandanya. 

"Karenanya, kita di Indonesia yang dikenal memiliki watak beragama yang tawasuth, tasammuh, dan washatiyah (moderat) harus mewaspadai gejala global ini sehingga pertahanan terhadap ajaran umat kita di Indonesia kuat secara ideologis," tuturnya.

"Caranya, dengan memperkuat sistem pendidikan keagamaan yang inklusif dan berbasis nilai-nilai pluralitas sebagaimana yang telah diterapkan sejak dahulu oleh Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, NW, Persis, dan sebagainya," lanjutnya.

"Pertahankan, bangun dan kembangkan kembali budaya membahas dan mengkaji kitab klasik (turats) yang menjadi tradisi keilmuan pesantren yang berbasis tafaqqahuu fiddin. Pesantren adalah islamic base civil society yang menjunjung tinggi keragaman nilai yang hidup di masyarakat," harapnya lagi.

Pesantren, kata Kamaruddin, juga harus mengembangkan keahlian yang dibutuhkan dunia modern, seperti bahasa asing, literasi digital, serta ilmu eksakta dan humaniora. "Kemenag berkomitmen kembangkan pondok pesantren agar terus maju dan berkembang," tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang PD. Pontren Kanwil Kemenag Sulsel, Fathurrahman melaporkan bahwa tujuan raker adalah mengevaluasi capaian program 2018, memantapkan program 2019, serta menyusun rencana kerja 2020. Outputnya adalah meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang PD. Pontren.

Raker ini juga menghadirkan narasumber lain, yaitu Kakanwil Kemenag Prov. Sulsel, Kabid PD. Pontren, Kasubag Perencanaan Kemenag, serta Kasubag Perencanaan dan Keuangan Kanwil Kemenag Sulsel. (p/ab)